Iedul fitri merupakan momen spesial bagi seluruh umat muslim. Momen yang paling ditunggu-tunggu karena hanya hadir dalam 1 tahun sekali. Momen dimana kita dapat berkumpul Bersama keluarga kita, momen dimana kita dapat bersilaturahmi, bermaaf-maafan dengan saudara kita sesama muslim. Orang-orang beramai-ramai pergi ziarah kubur, untuk mendoakan orangtua, saudara, kerabatnya yang telah tiada. Iedul fitri merupakan puncak perjuangan kita selama bulan suci Ramadhan.
Kita berlomba-lomba untuk beribadah, mengumpulkan amal sholeh, serta kitapun berlomba-lomba untuk mencapai ridho allah swt. Kita telah sama-sama isi bulan suci ramdhan dengan berbagai kegiatan ibadah, kita isi ramadhan dengan shaum kita, kita isi Ramadhan dengan tarawih kita, dengan infaq dan sedekah kita, kita bayarkan zakat kita, dan kita isi dengan kegiatan ibadah lainnya. Iedul fitri menjadi pucak perjuangan kita yang mana dengan datangnya iedul fitri kita berharap untuk dapat Kembali kepada fitrah, kepada kesucian diri kita masing-masing.
Iedul fitri biasa diisi dengan kegiatan-kegiatan yang telah membudaya di kehidupan masyarakat Indonesia. Selain melaksanakan ziarah kubur, masyarakat Indonesia biasa melaksanakan mudik lebaran. yaitu pergi berkunjung ke orangtua mereka masing masing yang berada di kampung halaman. Tak terkecuali bagi para santri pondok yatim & dhuafa ar-raudhoh. Mereka yang tinggal di asrama berasal dari wilayah yang berbeda-beda. Tasikmalaya, garut, majalaya merupakan beberapa tempat para santri berasal.
Merekapun turut meramaikan tradisi mudik lebaran ini untuk mengunjungi keluarganya masing-masing. Namun untuk iedul fitri 1441 H ini baik mereka maupun orang-orang yang biasa melaksanakan mudik, terpaksa harus menunda mudik mereka. Itu semua bukan tanpa sebab. Pandemi virus korona yang kiat mewabah di masyarakat membuat tradisi mudik lebaran harus terpaksa tertunda.
“suka duka yang aku rasain selama iedul fitri tahun ini, suka nya aku jadi bisa kumpul bareng sama temen-temen di asrama, aku takbiran bareng, sola ied bareng. Ini jadi pengalaman pertama buat aku, lebaran kumpul sama temen-temen. Duka nya jelas aku gabisa mudik ke kampung halaman, gabisa ketemu sama orang tua dikampung. Tapi pastinya aku ambil sisi positif nya aja, semoga wabah ini cepet berlalu dan aku bisa kumpul sama keluarga di kampung.” Ujar wisnu, salah satu santri pondok yatim & dhuafa ar-raudhoh bandung.
Keceriaan dibalik musibah merupakan hal kita rasakan saat ini. Walaupun kita takbisa melaksanakan mudik lebaran, kegigihan kita dalam beribadah tetap harus terus kita tingkatkan. Iedul fitri bukan akhir dari ibadah kita, melainkan menjadi tantangan tersendiri bagi kita, apakah kita akan mengendorkan semangat ibadah kita, atau justru melanjutkan bahkan lebih meningkatkan kualitas ibadah kita kepada allah swt.
Comments